Alasan Banyak E-Commerce Bangkrut di Indonesia
E-Commerce, Marketplace atau Toko online merupakan salah satu bisnis yang bertumbuh pesat dalam ekonomi digital diindonesia. Ignatius Untung berkata bahwa bisnis di e-commerce sangat dinamis. Para pelaku e-commerce mengaku mengalami pertumbuhan. Tetapi banyak E-Commerce yang justru mengalami penurunan, bahkan hingga gulung tikar. E-commerce pun bisa gulung tikar karena beberapa faktor, salah satunya persaingan yang ketat untuk itu diperlukannya belajar dari E-commerce yang terlebih dahulu gulung tikar.
Persaingan antar e-commerce atau situs jual beli online di Indonesia semakin ketat. Tokopedia ialah salah satu platform e-commerce yang memuncaki daftar e-commerce terpopuler di Indonesia. Sepanjang 2019, platform jual beli online ini dikunjungi sebanyak 1,2 miliar kali, dengan rinciannya yaitu diakses melalui web mobile sebesar 863,1 juta (72,35 persen) dan diakses melalui desktop sebesar 329,8 juta (27,65 persen).
Di peringkat kedua ada Shopee yang menggeser Bukalapak. Pada tahun lalu, jumlah kunjungan Shopee mencapai 837,1 juta melampaui Bukalapak yaitu sebesar 823,5 juta.
Secara umum, lebih dari dua pertiga orang Indonesia berbelanja lewat web online. Sepanjang 2019, jumlah pengunjung web mobile mencapai 77,15 persen sedangkan desktop sebesar 22,85 persen.
E-Commerce diindonesia banyak yang tumbang dengan berbagai alasan, yaitu:
1. Rakuten
Alasan tumbang, karena menurutnya pasar Indonesia dianggap tak mampu menopang Visi 2020 Rakuten yang pengin meraup laba 1.700 miliar Yen.
2. Paraplou
E-Commerce produk busana premium ini terpaksa menutup layananannya dikarenakan dana pemodalan yang minim.
3.Valadoo
Tumbang karena model bisnis yang kurang jelas, mereka tak melihat ke arah mana Valadoo akan berlabuh.
4. Multiply
Tumbang karena pihak Multiply tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul di kalangan pengguna dalam transisi model bisnis sosmed ke e-commerce.
5.Tokobagus/OLX
Tumbang akibat kalah saing dengan E-Commerce lokal.
6. Shopo
Tumbang karena model C2C yang kurang mendapat respon dari pasar.
7. Scallope
Tumbang, karena kalah saing dengan perusahaan e-commerce lain yang juga fokus di bidang fashion.
8. Paraplou
Tumbang karena ekosistem pasar yang belum terbentuk sempurna, kondisi keuangan yang tidak menentu dalam menjalankannya, dan kesulitan mendapat dana berkelanjutan.
9. Cipika
Tumbang karena perkembangan model B2C yang saat itu dianggap lambat.
10. Sedapur
Tumbang karena strategi bisnis yang tidak berjalan sesuai keinginan, strateginya hanya berfokus pada merchant dan tidak memprioritaskan pembeli. Dan juga kegagalan dalam mendapat pendanaan baru juga mempersulit.
11. Qlapa
Tumbang karena bisnis yang dinilai tidak menguntungkan dan berkelanjutan..